Selasa, 09 Desember 2008

Sains dan Selera Pasar, Bisakah Seirama?

Bisakah sains mengikuti selera pasar, atau sebaliknya? Sains dan juga teknologi selayaknya menjadikan kehidupan lebih baik, lebih mudah, dengan taraf yang lebih tinggi. Itu artinya masyarakat dan pasar. Mengapa melihat dengan parameter pasar? Karena semua pelayanan itu bertujuan untuk memuaskan pasar. Begitulah sifat alamiah manusia. Dari manusia, oleh manusia, dan untuk manusia.

Lihatlah perusahaan-perusahaan besar. Mereka yang bertahan dan mampu memegang kendali (selain memang perusahaan pelopor dan monopoli) adalah yang berusaha memberikan pelayanan terbaik; tercepat, termurah, dan memuaskan konsumen. Begitu juga dalam pergaulan sehari-hari. Bukankah kita berusaha menjadi teman yang baik? Dalam arti kata, kita melayani teman-teman kita.

Apakah dengan pemenuhan pasar kita jadi kehilangan idealisme? Jawabannya belum tentu. Berbicara pasar berarti berbicara selera umum. Sedang menjadi idealis berbeda dengan aneh atau tak awam bukan?

Netsains bertujuan mempopulerkan sains-tek. Kata populer menyangkut orang banyak, menyangkut masyarakat. Bagaimana mengemas sains-tek agar menjadi mudah dan menyenangkan? Itu menyangkut membidik selera pasar.

Dan jangan salah mengerti, pasar itu tak melulu soal keuntungan bisnis. Setiap manusia adalah makhluk intelektual yang dikaruniai bermacam bakat oleh Tuhan. Namun tak semua orang berselera ataupun mendekatkan diri pada sains-tek. Pun tak semua orang mau mengakui bahwa dirinya seorang scientist, bahkan walau ia mengeyam pendidikan di bidang sains (MIPA). Sains-tek dianggap kurang menarik karena terlalu rumit dan kurang bersahabat.

Banyak teman-teman Netsains yang memberikan sumbangan pemikiran mengenai terwujudnya sains yang populer. Semua itu bagaikan melihat bola dunia dari sisi yang berbeda-beda. Saling melengkapi untuk bisa melengkapi puzzle yang sempurna terbentuk.

Memenuhi Kebutuhan Pasar atau Membuat Pasar Kecanduan?

Di era informasi seperti sekarang ini, masyarakat begitu dimudahkan dalam informasi karena memang kebutuhan akan informasi, termasuk telekomunikasi meningkat pesat. Menyediakan akses informasi yang murah juga berarti memenuhi kebutuhan pasar. Namun bisa berarti sebaliknya, menciptakan kecanduan pada pasar. Ini seperti dua sisi mata uang logam.

Sektor telekomunikasi misalnya. Teknologi berkembang. Persaingan tidak hanya di sisi provider yang berusaha merebut hati pasar dengan memberikan tarif termurah. Ini yang diuntungkan adalah konsumen. Konsumen bisa memilih provider yang memberikan tarif termurah dan layanan terbaik.

Persaingan juga terjadi di sisi teknologi. Di sektor telekomunikasi seluler, setelah era AMPS berakhir, era GSM berjaya di akhir 90an sampai sekarang. Lalu menjelang tahun 2000 dimulai dengan munculnya CDMA. Dan seterusnya muncul teknologi-teknologi baru, seperti: 3G, HSDPA, Wimax, dan NGN (Next Generation Network).

Masyarakat sekarang bisa menggunakan handphone tidak hanya untuk telpon atau sms saja. Tapi juga bisa untuk berfoto, merekam video, melakukan video call, mengirim video sms, menonton televisi dengan video streaming, internet (browsing, chatting, email), atau membaca dan mengolah data. Teknologi berkembang, dan karena sudah mendapat tempat di masyarakat, masyarakat menjadi kecanduan untuk mengikuti teknologi terbaru. Tentu saja provider harus bijaksana dalam meluncurkan teknologi terbaru, karena tidak semua teknologi itu dibutuhkan masyarakat. Ada infrastruktur yang harus dibangun, ada equipment dan devices. Ada sistem yang sudah dibentuk sebelumnya. Ada perjanjian yang disepakati secara global. Ada cost yang dibebankan pada konsumen.

Lalu Bagaimana dengan Sains?

Sebagai pilar kemajuan bangsa tentu saja kita membutuhkan atmosfir sains yang sehat dan kuat. Ilmuwan adalah suatu profesi. Seperti dokter, insinyur, atau polisi. Untuk membuat penelitian di laboratorium memang tak mudah dan seorang ilmuwan juga terikat dengan kode etik profesinya. Seorang ilmuwan meneliti bertahun-tahun terhadap suatu sel di bagian tubuh misalnya, membutuhkan paten dan memang harus menjaga eksklusivitas.

Membentuk masyarakat yang mencintai sains-tek bukan berarti menjadikan semua orang ilmuwan atau semua orang teknokrat bukan?

Satu-satunya saran adalah membuat masyarakat ”berselera” terhadap sains. Ini adalah prinsip penting dalam mempopulerkan sains. Banyak elemen masyarakat yang bisa berperan di sini. Mulai dari bayi, seorang ibu bisa mulai mengenalkan anak pada sains-tek dengan cara sederhana dalam kesehariannya.

Seorang ilmuwan tak melulu berhubungan dengan ilmuwan tapi juga berkolaborasi dengan kalangan masyarakat luas yang berbeda profesi dengannya, kalangan di dunia pendidikan, kalangan di media, kalangan di birokrasi. Seorang praktisi di bidang informasi membuat sistem untuk memberikan informasi sains-tek yang lebih banyak, lebih luas dan lebih mudah terjangkau. Seorang yang dekat dengan media mempublikasikan sains-tek lebih banyak dan mengemasnya dengan bahasa yang lebih menarik. Termasuk iklan di televisi. Ingat sekali kan, bagaimana produk pemutih kulit menjadi sangat mempengaruhi pandangan orang tentang kecantikan perempuan?

Lalu seseorang yang dekat dengan kebijaksanaan publik berusaha memberikan alokasi peran sains-tek dan memberikan perhatian lebih banyak pada pertumbuhan dan perkembangan dunia sains-tek, termasuk penelitian. Termasuk dengan memberikan anggaran lebih besar di dunia tersebut agar potensi-potensi terbaik bangsa tidak malas memilih profesi sebagai ilmuwan atau peneliti.

Saya mungkin sedang berangan-angan. Angan-angan untuk terwujudnya asmosfir sains-tek yang lebih baik, lebih maju, dan lebih bergairah di Indonesia.

AMSTERDAM,Anak muda Indonesia terlibat dalam kampanye berpelukan di sejumlah kota di belahan dunia lain. Berdasar penelitian, pelukan mampu menyehatkan tubuh dan mencegah penyakit jantung. Bagaimana bisa?

Sebuah pertanyaan sederhana, kapan Anda terkahir berpelukan dengan orang yang Anda kasihi? Survey menyatakan bahwa hanya 2 dari 10 orang di dunia yang memeluk orang yang dikasihi dengan penuh makna – tidak a la kadarnya. Hal ini tampaknya menjadi beban tersendiri buat Juan Mann dari Sydney, Australia. Dengan bermodalkan sebuah papan bertuliskan Free Hugs ‘nangkring’ di sebuah mall di Sydney. Dibantu dengan berbagai media seperti YouTube dan sebuah band, SickPuppies, yang memasukkan Free Hugs dalam video klipnya, Free Hughs menjadi suatu kegerakan anak muda di dunia. Berangkat dari sebuah ide kecil bahwa setiap orang membutuhkan pelukan. Memang ada betulnya, kita dalam kehidupan dunia modern sudah terbuai dalam segala kesibukan kita hingga mengisolasi diri kita – membuat kita kesepian. Free Hugs Movement, kini merambah ke setiap negara, Taiwan, Korea Selatan, Jerman, Inggris bahkan Belanda.

Menyehatkan

Di Indonesia, gerakan ini mungkin masih sedikit kontroversial karena masalah agama dan budaya setempat. Terlepas dari itu semua, sekelompok mahasiswa Indonesia bersama teman-teman kampusnya baru saja mengikuti kegerakan ini di Arnhem, Belanda. Max E. Mandias, salah satunya, ia mengungkapkan bahwa kegerakan ini adalah kegerakan damai. Sebuah usaha untuk menunjukkan bahwa kita peduli dengan orang lain. Daripada demonstrasi, tawuran, atau mogok makan, sebuh pelukan bias menjadi alternatif yang menarik.

Dari sisi sains, lebih menarik lagi. Karen Gawen dari University of North Carolina-Chapel Hill melakukan serangkaian eksperimen mengenai pelukan. Ternyata sebuah pelukan yang lebih dari 20 detik dalam sehari mampu menyehatkan tubuh. Pelukan menstimulasi stabilisasi metabolisme tubuh dan meningkat hormon oksitosin yang mampu melindungi dari penyakit jantung.
Sudahkah Anda berpelukan hari ini?.

Mendengar musik dimana saja dan kapan saja jadi santapan keseharian remaja kita. Apalagi produk seperti iPod, iPhone dan MP3 kian merajalela. Tapi waspada saja, sebab kebiasaan memankan bass dan treble di earphone bisa merusak telinga.

Mengapa bisa begitu? Sebuah ciri penting gelombang ialah panjang gelombang, yaitu panjangnya satu siklus lengkap mulai dari naik, lalu turun, menanjak lagi sampai ketinggian semula. Di pihak lain, frekuensi menyatakan berapa sering naik turun itu terjadi dalam satu detik. Hubungan di antara keduanya berkebalikan. Gelombang pendek berkaitan dengan frekuensi tinggi, gelombang panjang menunjukkan frekuensi rendah.

Di dunia musik, frekuensi mengungkapkan nada. Misalnya nada acuan A dengan frekuensi 440 Hz (Hertz = getaran per detik) terdengar lebih tinggi dari pada C-tengah 261,6 Hz.
Ada yang menarik pada musik akustik, yaitu semakin kecil instrumen, semakin tinggi nada yang keluar. Perhatikan panjang pendeknya suling. Atau keluarga besar biola, biola alto, cello, sampai contrabass, yang semua sama potongannya, tetapi berbeda “size” dan tinggi nadanya. Prinsipnya, ukuran instrumen harus sesuai dengan panjang gelombang yang dibangkitkan. Ini juga berlaku pada penerimaan gelombang. Pokoknya supaya gelombang bisa dipancarkan dan ditangkap dengan baik, besarnya alat harus dekat dengan panjang gelombang.

Pembagian Tugas

Berapa panjang gelombang suara? Pada daerah atas pendengaran manusia, gemerincing nada tinggi atau “treble” mempunyai panjang gelombang kurang dari sekitar 15 cm. Pada ujung bawah, dentuman suara bas bergemuruh pada panjang gelombang lebih dari 1 m. Nada-nada menengah berkiprah di antara keduanya.

Tidaklah mungkin menghayati musik sampai mata terpejam-pejam jika mengandalkan satu “loudspeaker” saja buat semua frekuensi. Harus ada pembagian tugas. Untuk treble, dipasang loudspeaker kecil yang disebut “tweeter”, dengan diameter sekitar 3 cm. Lalu agar suara menengah terdengar cerah, loudspeakernya berdiameter sekitar 10 cm.

Yang susah adalah urusan nada rendah, sebab loudspeaker bas yang disebut “woofer” idealnya mesti puluhan sentimeter besarnya. Tidak saja sukar dibuat, tetapi kotak atau petinya pasti berebut tempat dengan perabot rumah. Karena itu diameter woofer yang lazim adalah 25-30 cm.

Bagaimana manusia mendengarkan semua itu? Bukankah penampang lubang telinga dan gendang telinga hanya sekitar 1 cm? Kalau dicocokkan dengan panjang gelombang suara, sepertinya yang langsung dicerna frekuensi tinggi saja. Bagaimana nasib nada menengah, apalagi bas?

Menggelegar

Jangan kuatir, telinga tidak berada sendirian, tetapi terpasang di dalam tengkorak kepala, yang ditunjang kukuh oleh tulang belulang tubuh.

Pada saat nada menengah dan rendah menyapa manusia, telinga memang tidak banyak berdaya. Tetapi untunglah, peran mengindera dibantu oleh sekujur tubuh kita. Berkat ukuran badan yang tidak jauh dari panjang gelombang menengah dan bas, nada-nada itu meresap sebagai getaran pada tulang belulang. Pada gilirannya, getaran tersampaikan ke tengkorak kepala dan dirasakan oleh perangkat telinga, sehingga orang bisa mendengarnya. Frekuensi tinggi langsung diterima telinga, frekuensi menengah dan apalagi rendah didengar dengan bantuan tubuh.

Jika dikatakan “Wah, suara basnya menggelegar, terasa mantap dalam dada”, itu memang betul. Karena badan terkocok getaran dan jantung ikut merasakan. Juga sikap yang bijaksana jika orang agak lanjut usia tidak diajak mengunjungi diskotek atau konser rock. Bukan soal supaya kelakuan remaja tidak diawasi terus oleh orang tua, tetapi “bisa lepas jantungnya” adalah kata-kata yang kiranya tidak terlalu meleset.

Sekarang kalau orang memakai earphone (jenis kecil yang disusupkan ke lubang kuping), yang menangkap suara hanya telinga tanpa melibatkan badan. Tentu saja suara bas serasa melayang. Lantas buat meraih bas yang mengguncang, timbul kecenderungan untuk mengencangkan suara, menaikkan volume. Padahal mungkin sekali intensitas suara sudah mencapai atau bahkan melampaui batas bahaya untuk telinga. Belum juga terdengar menggelegar, dikeraskan lagi.

Janganlah menghajar telinga, instrumen super halus yang belum ada gantinya. Sebagai alternatif yang terkesan lucu, jika anda ingin menikmati musik dengan radio baterai yang kurang besar, dengarkan sambil mendekap radio itu di dada. Niscaya tulang ikut digetarkan, membuat suara bas lebih meyakinkan. Selamat mencoba.

Ada yang mengatakan, makin tinggi atau rumit suatu bahasa semakin tinggi pula budaya yang terkandung. Banyak orang yang sependapat dengan ungkapan ini, tapi ada juga orang yang kurang sependapat. Bagaimana dengan budaya Indonesia dan Bahasa Indonesia itu sendiri?

Semua penduduk Indonesia pasti akan mengatakan kalau Indonesia memiliki budaya yang sangat kaya, dengan beragam suku bangsa dan terbentangnya pulau-pulau menghasilkan karya cipta yang beragam pula. Lalu bagaimana dengan masalah kebahasaannya sendiri? Bahasa Indonesia sudah berkembang cukup pesat, kalau kita ambil pergerakkannya sejak ikrar Sumpah Pemuda, tentunya bahasa Indonesia tidak mengarungi waktu yang sedikit hingga saat ini.

Bahasa

Tapi apakah Bahasa Indonesia yang kita kenal sekarang sudah berbudaya? Sesekali penulis mendapati anak-anak kecil usia sekitar 4 tahun atau 5 tahun yang mengutarakan, ‘emang gue pikirin!’ atau ‘bodo amat!’, ucapan-ucapan sejenis yang sering terlontar dari mulut-mulut anak-anak ini mencirikan satu hal kepada kita, yaitu merosotnya budaya kita. Dan ucapan sejenis ini dilontarkan kepada bukan hanya teman-temannya saja, melainkan kepada orang tua juga. Tapi, apakah hal ini bisa disebut sebuah penambahan budaya baru? Apakah hal ini bisa disebut kekayaan bahasa baru? Rekan-rekan sekalian pasti ingat semasa kecil dulu yang bahasanya lebih sopan dari ucapan-ucapan diatas. Namun demikian, apakah hal ini langsung disalahkan kepada orang tua si anak? Atau semata ini hanya perkembangan zaman?

Hal utama yang terlintas di benak kita adalah sudah begitu bebasnya arus media yang datang ke mata dan telinga anak-anak penerus bangsa ini, atau bisa dikatakan penerus bahasa dan budaya Indonesia. Besarnya akibat yang dilahirkan dari tayangan-tanyangan TV ini bisa saja membentuk karakter budaya bangsa kita yang baru. Hal terkecil yang dimulai adalah dari penggunaan bahasa yang tidak semestinya.

Upaya Perbaikan

Ungkapan “mulutmu harimaumu” pasti sering kita dengar, atau sudah ada yang mengalaminya? Ungkapan tersebut mengacu pada apa yang kita terima atau dengar dari orang lain dan lawan bicara sedikit-banyak merupakan hasil dari apa yang kita ucapkan atau katakan sebelumnya. Berangkat dari lingkungan terkecil, yaitu keluarga, seorang anak akan terlihat bagaimana didikannya dalam keluarga dari tutur bahasa yang ia gunakan diluar lingkungan keluarganya, dan tentunya terkait pula dengan pola didikan dan tutur bahasa orang tuanya.

Dalam lingkup yang lebih besar pemerintah dalam hal ini Depdiknas yang dimotori oleh Pusat Bahasa berupaya mengembalikan jati budaya Indonesia yang berawal dari penggunaan Bahasa Indonesia yang baik dan benar. Bahkan tahun 2008 akan dicanangkan sebagai Tahun Bahasa, yang mana diharapkan Bahasa Indonesia akan menempati posisi sebagai tuan rumah dinegaranya sendiri, dengan tidak melupakan kehadiran Bahasa Daerah dan Bahasa Asing. Dan selain itu, tahun 2008 juga akan diselenggarakan Kongres Bahasa.

Pada dasarnya semua kembali kepada diri kita masing-masing, apakah bahasa yang tidak berbudaya tersebut akan terus berkelanjutan atau tidak? Apakah budaya ’bodo amat!’ dan ungkapan-ungkapan sejenis akan terus mewarnai kehidupan sehari-hari kita? Apakah akan terbentuk budaya baru yang mengesampingkan keramahan dan keindahan Bahasa Indonesia dan digantikan dengan bahasa yang tidak semestinya?

Bahasa akan selalu mencirikan budaya bangsa, ini merupakan salah satu unsur saja, tapi apakah unsur tersebut akan kita rusak? Dengan tidak mengurangi rasa hormat kepada Bahasa Daerah sebagai keragaman dan budaya nasional dan Bahasa Asing sebagai penambah khasanah ilmu pengetahuan dan teknologi, tidak ada salahnya Bahasa Indonesia tetap jadi bahasa yang indah dan menunjukkan siapa diri kita sebenarnya.

Jangan malu menjadi orang Indonesia. Jangan terpengaruh dengan segala macam survei atau data yang dipublikasikan oleh badan-badan asing. Silakan saja Indonesia dicap sebagai negara dengan korupsi besar. Atau bangsa yang dicemooh sebagai terbelakang, penuh bencana, krisis dan sebagainya.

Yang pasti di sektor Teknologi Informasi, kita layak berbangga. Berikut penuturan seorang Onno W. Purbo yang tak terlalu peduli dengan banyak omongan miring soal Indonesia.

Berbicara Teknologi Informasi (TI) dari sisi teknologi tidak akan ada habisnya bahkan cenderung pesimis dan merasa tertinggal. Peranti keras prosesor, kita mengenal teknologi Dual Core, Quad Core dan sebagainya. Pada teknologi telekomunikasi, kita mengenal fiber optik. WiFi, WiMAX, 3G, 4G, Next Generation Network (NGN), Wajanbolic e-goen, VoIP Rakyat. Yang dua terakhir buatan anak bangsa. Pada teknologi sistem operasi, kita mengenal Windows dan turunannya dan pesaingnya dari Open Source Software yang lebih terbuka untuk pengembangan di Indonesia, seperti, Ubuntu, Fedora, Pinux, Xnuxer. Lagi, yang dua terakhir buatan anak bangsa.

Industri

Fenomena TI sebetulnya sangat sederhana. Teknologi selalu berusaha lebih cepat mengirim data, cepat menghitung, lebih besar kapasitas penyimpanan, lebih banyak layanan. Yang menarik dari fenomena teknologi, semua kelebihan di barengi dengan semakin murah harga, sederhana, mudah di operasikan, kecil peralatan. Ke dua, sisi teknologi yang saling berlawanan akan hanya dapat terjadi secara bersamaan, jika dan hanya jika, ada pasar atau akan jasa berbasis teknologi informasi. Industri TI berbeda dengan banyak teknologi lainnya, yang dapat di drive oleh proyek pemerintah, pabrikan, manufaktur.

Industri TI lebih banyak di-drive oleh pasar yang besar, skala ekonomi yang besar karena harganya sangat retail Jelas bahwa keberhasilan pembangunan pasar menjadi kunci utama keberhasilan industri teknologi informasi di dalam negeri. Kebanyakan kebijakan dan regulasi teknologi informasi sekarang lebih condong pada sisi supply tidak terlalu berpihak pada rakyat.

Aktivis TI

Pertanyaan yang membuat orang tergelitik – “Apa kiprah bangsa Indonesia dalam Teknologi Informasi?”. Jawaban singkatnya – Ada dan Banyak. Betul, banyak sekali kiprah bangsa Indonesia dalam bidang teknologi informasi, beberapa diantaranya bahkan menjadi contoh dunia, seperti, Wajanbolic e-goen, RT/RW-net, WARNET, VoIP Rakyat. Jangan kaget, tidak ada jaringan RT/RW-net di dunia yang sebesar Indonesia. Tidak ada jaringan WARNET yang besar di dunia, selain di Indonesia sedemikian terorganisir melalui Asosiasi WARNET Indonesia (AWARI). Solusi Internet dan telekomunikasi murah menggunakan teknologi Wajanbolic e-goen & VoIP Rakyat hanya ada di Indonesia.

Tidak mengagetkan, banyak para aktivis TI Indonesia di undang memberikan workshop di luar negeri, karena dunia pun memerlukan solusi yang banyak di praktekan oleh para aktivis TI Indonesia. Saya pribadi terakhir awal Mei 2007 memberikan workshop di Bangkok mengenai Next Generation Network alias 4G karena MENKOMINFO Thailand tertarik untuk mentransformasikan Thailand menuju NGN . Kebetulan tidak banyak ahli yang mengerti tentang NGN & 4G di Thailand sehingga mereka memerlukan untuk memperoleh ilmu praktis tentang instalasi & konfigurasi NGN dari aktifis Indonesia yang telah lama berjuang di lapangan.

Dokumentasi inisiatif rakyat Indonesia yang sangat membumi, tidak tergantung pada utangan Bank Dunia, IMF, dapat di baca pada situs Sejarah Internet Indonesia di alamat http://wikihost.org/wikis/indonesiainternet.

Tidak pernah terlambat bagi siapa saja yang ingin bergabung dalam sejarah perjuangan ini. Dan makin terbukti saja bahwa dunia belajar pada bangsa Indonesia!

We cannot not communicate”. Demikian seperti sering disampaikan para pakar komunikasi. Tapi tahukah anda bahwa ternyata bakteri pun suka ngobrol juga? Pada bakteri, proses komunikasinya dinamai quorum sensing, yang melibatkan pertukaran suatu senyawa kimia (auto inducer). Sebagai contoh, saat berjumlah sedikit, bakteri Pseudomonas aeruginosa dapat tumbuh pada inangnya tanpa menyebabkan penyakit. Namun ketika jumlahnya mencapai konsentrasi tertentu, bakteri tersebut kemudian menjadi agresif dan membentuk biofilm yang mempengaruhi sistem kekebalan tubuh dan menyebabkan penyakit. Melalui mekanisme quorum sensing, sejumlah bakteri gram negatif menggunakan senyawa acyl homoserine lactone (AHL) untuk saling berkomunikasi dalam rangka mengatur sejumlah fungsi biologis seperti sifat patogen dan pembentukan biofilm. Sementara bakteri gram positif seperti Bacillus subtilis menggunakan suatu peptida atau protein khusus untuk tujuan dan fungsi serupa.

Bersama untuk Bisa

Seperti halnya para anggota dewan dalam mengesahkan suatu keputusan, bakteri pun memerlukan suatu keadaan kuorum untuk mengekspresikan sifat-sifat tertentu. Sebagai contoh, apabila telah mencapai suatu kuorum, bakteri V. fisheri dapat secara bersama menghasilkan cahaya (bioluminescens). Pada kondisi ini, AHL akan membentuk kompleks dengan protein pengatur khusus yang kemudian mengaktifkan sejumlah gen-gen penyandi enzim-enzim untuk bioluminescens.

Apabila hanya terdapat sedikit bakteri sejenis, beberapa sifat tertentu mungkin tidak akan dimunculkan. Pengaktifan gen tertentu hanya terjadi saat bakteri sejenis mencapai jumlah tertentu. Mekanisme quorum sensing ini bekerja pula pada pengaktifan faktor-faktor patogenesis dari bakteri, seperti dalam pengaturan keputusan pembentukan spora atau virulensi. Bakteri memanfaatkan mekanisme quorum sensing untuk dapat merespon perubahan kondisi lingkungan yang berlangsung begitu cepat. Untuk bakteri patogen, koordinasi mekanisme virulensi ini sangat penting untuk mengatasi mekanisme pertahanan sistem kekebalan tubuh dari inang.

Pada konsentrasi yang rendah, bakteri Erwinia carotovora tidak mengaktifkan gen yang terkait dengan patogenisitas. Namun ketika mencapai konsentrasi yang cukup, mekanisme quorum sensing mulai berjalan dan dua set gen mulai diekspresikan. Satu set gen menghasilkan enzim yang terlibat pada pelepasan nutrisi dari inang, sementara set gen lain menghasilkan antibiotik karbapenem. Pembentukan antibiotik dimaksudkan untuk membunuh bakteri spesies lain sehingga dapat dipastikan bahwa nutrisi yang dihasilkan oleh inang hanya tersedia untuk E. carotovora. Demikian seperti dijelaskan oleh Elling Ulvestad dari Departemen Mikrobiologi dan Immunologi, The Gade Institute di situs www.nfmikro.net.

Pemahaman ilmiah mengenai mekanisme quorum sensing saat ini semakin berkembang dan mengarah pada pemanfaatannya dalam bidang pengobatan. Di masa datang, quorum sensing dapat menjadi salah satu alternatif penanganan infeksi bakteri non antibiotik. Boleh jadi sebenarnya manusia tidak mesti memberantas bakteri-bakteri tersebut, namun cukup dengan mengontrol perilaku bakteri sehingga tidak menyebabkan penyakit

Selasa, 02 Desember 2008

Polisi Jerman Mendesain Bra Antipeluru

Jangan anggap remeh polisi-polisi Jerman! Berita dari suratkabar Inggris melaporkan bahwa baru-baru ini kepolisian Jerman mendesain bra antipeluru baru yang dikenakan sebagai ganti pakaian dalam bagi polisi-polisi wanita Jerman.

Apakah baju anti peluru yang biasa dipakai polisi kurang cukup untuk menahan peluru? Ternyata peluru yang ditahan oleh baju anti peluru, tekanannya bisa membuat bahan plastik atau logam yang berada pada bra biasa mampu melukai bagian badan yang bersinggungan langsung dengan bahan plastik atau logam bra tersebut.

Bra biasa yang Bra antipeluru, yang diberi nama “Action Brassiere”, terbuat dari bahan cotton, poliester dan beberapa bahan sintesis yang dipadatkan tanpa unsur logam atau plastik sebagai tali atau pengencang bra. Peniadaan unsur logam membuat polisi wanita lebih berani dan tidak perlu takut lagi kalau sedang beraksi berhadapan dengan penjahat-penjahat bersenjata api.
Bra antipeluru ini juga bisa dikenakan sebagai ganti baju antipeluru yang berat dan mengganggu gerakan untuk melindungi hanya bagian-bagian tertentu dari tubuh. Kelak bra antipeluru ini akan wajib untuk dikenakan oleh seluruh polisi wanita Jerman.

Makan sushi memang nikmat. Tapi pehobi shusi sempat dihebohkan dengan kasus tuntutan seorang lelaki Chicago ke restoran akibat menghidangkan parasit cacing pita di ikan salmon yang belum matang. Lalu bagaimana dengan ikan dalam sushi atau sashimi yang memang tidak dimasak sama sekali?

Ilmuwan berpendapat bahwa pecinta shusi tak perlu cemas. Namun penghidang shusi sendiri juga harus ekstra hati-hati jika tak mau dituntut.

Standar

Ikan mentah berpotensi mengandung sejumlah bahaya lain selain parasit. Bakteri bisa berkembang di ikan yang sudah tidak segar dan menghasilkan enzim histamin yang bisa menyebabkan keracunan. Sejumlah ikan tawar tropis memiliki kandungan zat racun ciguatera yang memicu gangguan pencernaan dan saraf.

Tapi tenang saja, biasanya restoran sushi memiliki standar tersendiri dalam menyiapkan hidangannya. Setidaknya ikan itu harus segar dan disimpan dalam kondisi beku, minus 20 derajad Celcius tak lebih dari tujuh hari. Atau dalam suhu minus 35 derajad Celcius selama 15 jam. Langkah ini adalah untuk membunuh parasit.
“Makin sushi banyak disuka, makin ketat standarnya,” ujar Keith Schneider, pakar mikrobiologi dan keamanan pangan dari University of Florida.

Nasi dan Fugu

Kasus keracunan atau sakit yang disebahkan naabkan makan sushi justru kebanyakan dipicu kontaminasi bahan lain seperti merica kalapeno atau bsinya. Schneider sendiri pernah sakit setelah makan sushi akibat terkena bacillus cereus. Ini adalah jenis bakteri yang bisa menyebar cepat di dalam nasi. Nasi sushi semestinya diasamkan dalam cuka dengan kandungan PH hingga 4,1 untuk membunuh mikroba di dalamnya.

Ada juga kasus dimana keracunan berasal dari ikan fugu yang memang mengandung racun. Walau demikian, ayam mentah dan daging mentah jauh lebih berbahaya lagi sebab mengandung bakteri E.coli dan salmonela yang mematikan.

Kalau di Indonesia, daging adalah makanan bergengsi. Orang Eropa justru menganggap daging adalah musuh.

Akibatnya, orang Indonesia mulai banyak yang menderita obesitas. Kebalikannya, orang Eropa berlomba menguruskan badan. Bagaimana bisa? Ini pun ada kisahnya.

Siang ini saya bertandang ke seorang kenalan orang Indonesia, rupanya beliau lagi ketiban rezeki, yang juga menciprati saya. Ada yang memasakkan oseng-oseng tahu dengan kacang panjang bumbu tauco, siang itu kami makan dengan nasi panas. Wah sedap sekali, masakan mewah ini. Saat ini orang Eropa mulai menyadari bahwa nasi itu lebih sehat dari roti (karena seratnya). Sehingga para dokter di Jerman juga menyarankan orang Jerman mulai mengkonsumsi nasi, jadi mencari beras sekarang mudah sekali, di supermarket mana-mana selalu ada.

Begitu juga terhadap tempe dan tahu. Mereka sadar bahwa tempe dan tahu itu lebih sehat dari daging. Tidak heran sekarang tahu bisa diperoleh di super market biasa. Bahkan Jerman sudah menyenggaralan pendidikan khusus untuk pembuat tahu.

Jangan-jangan sebentar lagi orang Indonesia belajar proses pabrik tahu ke Jerman. Bahkan seringkali kami harus berebutan dengan mereka bila membeli tahu. tempe ? Jangan tanya lagi, bila kami memasak tempe, ini artinya sedang berlebihan duit.

Kenalan saya yang sedang saya kunjungi itu sedang sakit, beberapa rekannya yang berprofesi dokter menyarankan untuk mengkonsumsi taoge segar. Karena taoge segar menurut pak Dokter, memiliki kandungan yang baik bagi tubuh. Sedangkan telor, tidak boleh banyak-banyak dikonsumsi menurut pak Dokter, katanya 1 minggu 3 telor saja sudah terlalu banyak. Dan daging sebaiknya dikurangi.

Orang Eropa kini menjadi makin sadar akan kesehatan dan makin mengontrol dan mengubah pola maka mereka. Walau tingkat obesitas mereka, belum separah orang Amerika, tetapi orang Jerman sadar bahwa masalah kegemukan sudah harus dipertimbangkan. Sebab secara total ini akan menjadi beban kesehatan.

Tidak heran pemerintah Jerman karena merasa penduduknya sudah terlalu gemuk, mencanangkan program “Fit statt fett“. Perubahan pola makan disosialisasikan kepada masyarakat luas. Anak-anak di Jerman, sekarang sangat didorong makan sayuran/buah alih-alih daging. Susu hanya boleh dikonsumsi sebagai pengganti makanan, bukan sebagai minuman biasa. Hm… jadi mirip pola makan orang Indonesia, banyak nasi dan sayur sedikit daging. Di TK, Madhava tidak boleh membawa roti manis sebagai bekal, harus roti berserat (roti coklat), dan tanpa isi yang manis (misal selai).

Professor Dr. Klaus Bös dari Karlsruhe mencobakan test untuk anak-anak Jerman dan mendapatkan hasil yang menyedihkan, bekerja sama dengan acara Stern TV, mencobakan test kesegaran anak. Ternyata anak-anak di Jerman banyak yang mengalami permasalahan gerak. Hal itu disebabkan karena faktor kebiasaan makana serta makin maraknya TV dan game console, sehingga anak-anak makin jarang bergerak.

Di Indonesia? Daging masih tetap dianggap makanan pendongkrak gengsi. Kalau hanya makan pakai tahu dan tempe, takut dibilang miskin. Walau ekonomi “ngepas” orang kita tetap berusaha menyediakan daging. Terlebih sekarang makanan cepat saji dengan menu utama daging makin mengobral harga. Akibatnya kian banyak anak Indonesia terancam obesitas. Sayangnya para orang tua justru bangga jika anaknya gemuk, bongsor dan sering makan daging. Fenomena yang lucu.

Di tengah krisis ekonomi global seperti sekarang, jangan heran kalau banyak orang stres. Saham terpuruk, keuangan tak menentu, harga barang melambung. Memang harta bukan segalanya, tapi tak bisa dipungkiri banyak kasus stres bahkan bunuh diri dipicu oleh masalah keuangan.

Loren Coleman, penulis “The Copycat Effect,” yang juga banyak menganalisa kasus bunuh diri, mengingatkan bahwa kasus bunuh diri selalu meningkat selama terjadi stres akibat masalah ekonomi dan sosial.

“Sejumlah studi historis yang dilakukan pakar sosiologi Steven Stack dan lainnya juga menemukan bahwa bunuh diri serta kasus kekerasan lain meningkat dalam periode depresi ekonomi dan perang,” jelasnya.
Walau tak selalu mendorong untuk bunuh diri, namun stres juga mengakibatkan hal-hal berbahaya lain.

Stres memicu tekanan darah tinggi dan penyakit jantung. Stres juga membuat orang melakukan perilaku tak sehat seperti merokok dan minum minuman keras. Saat stres kita cenderung mencari makanan yang enak, cenderung berlemak dan berkolesterol tinggi, juga malas berolahraga. Paduan antara makanan berlemak dan kemalasan inilah yang memicu masalah kesehatan.

Kondisi stres berkepanjangan membuat orang tak lagi berpikir rasional. Mereka akan beralih ke kepercayaan mistis seperti astrologi, angka keberuntungan, arti mimpi, dan sejenisnya. Semua ini mendorong mereka melakukan langkah yang tak logis lagi dan membuat gaya hidup kian terperosok.

Sebuah kalkulator astronomis yang mampu melacak tanggal diadakannya Olimpade purba ditemukan oleh tim ilmuwan gabungan Inggris, Yunani dan Amerika Serikat (AS). Peranti yang terbuat dari perunggu ini dinamakan Mekanisme Antikythera, sebab ditemukan di pulau kecil Antikythera di wilayah selatan Yunani. Diperkirakan usianya 2100 tahun, kalkulator ini menyerupai jam, terdiri dari 30 roda gigi. Masing-masing menandai fase-fase bulan, gerhana dan informasi spesifik yang yang menunjukkan tanggal tertentu. Temuan ini dipublikasikan di jurnal Nature edisi Inggris teranyar.

Pemindaian
Penelitian terhadap peranti ini kebanyakan melibatkan teknologi pemindaian dan pemrosesan komputer. Sebelumnya, studi dilakukan dengan mesin tomografi sinar X dari Inggris yang dipakai untuk mengetahui strukturnya.

“Prosesnya seperti pemindaian medis, hanya bukan manusia yang kita pindai, tapi temuan itu,” jelas Yanis Bitsakis, salah satu penulis di jurnal Nature. Bitsakis dari Center for History and Paleography, Athen University menyatakan bahwa temuan ini sangat mengejutkan. Ini berarti ajang Olimpiade purba memiliki makna keagamaan yang sangat signifikan.

Archimedes
Bersama timnya, Bitsakis juga menemukan bahwa nama-nama bulan digoreskan pada Mekanisme Antikythera sama dengan yang digunakan pada koloni Korintia di Sisilia. Ini memperlihatkan adanya hubungan antara pakar matematika Yunani Archimedes dengan alat itu. Padahal Archimedes meninggal 100 tahun sebelum alat tersebut dibuat.

Budaya populer dipenuhi oleh mitos dan legenda. Sebagian besar tidak berbahaya. Namun ketika dokter mulai percaya dengan mitos, mungkin ini sudah saatnya untuk waspada.Di British Medical journal bulan desember, peneliti telah memperhatikan beberapa kesalahpahaman, mulai dari kepercayaan bahwa seseorang harus minum 8 gelas air per hari sampai membaca di lampu redup akan merusak penglihatan.

“Kami merasa perlu mengangkat hal ini, karena kami tahu bahwa dokter mempercayai hal-hal seperti itu, dan bahkan memberikan informasi seperti demikian pada pasien”. Demikian kata dr. Aaron Caroll, asisten profesor pediatrik (spesialis anak) pada Indiana School of Medicine. “Dan kepercayaan seperti ini sering disitasi oleh media populer”.
Inilah mitos tersebut, sehingga dapat diinformasikan kepada dokter anda.

Mitos: Manusia hanya menggunakan 10 persen dari kapasitas otaknya.

Fakta: Dokter dan pelawak, seperti Jerry Seinfeld, sering mensitasi pernyataan ini. Ia sering secara sembrono dihubungkan dengan Albert Einstein. Namun scan MRI, scan PET, dan studi radiologi telah menunjukkan bahwa tidak ada area mengganggur (dormant) pada otak. Setelah melihat neuron individu pada sel, ternyata tidak ditemukan area yang inaktif. Studi metabolik mengenai bagaimana sel otak memproses kimiawi tubuh menunjukkan tidak adanya area yang tidak berfungsi. Menurut Caroll, mitos ini kemungkinan berasal dari para motivator kepribadian di tahun 1900an yang ingin meyakinkan audiensnya bahwa mereka belum mencapai potensi mereka secara penuh.

Mitos: Anda sebaiknya minum setidaknya delapan gelas perhari.

Fakta: “Tidak ada bukti medis yang menyatakan bahwa anda memerlukan air sebanyak itu”. Demikian kata dr. Rachel Vreeman, peneliti pediatrik. Menurut Vreeman, mitos ini berasal dari tahun 1945, dimana Badan Nutrisi Amerika Serikat merekomendasikan bahwa seorang individu mengkonsumsi cairan sebanyak 8 gelas. Bersamaan dengan berjalannya waktu, kata ‘cairan’ berubah menjadi air. Namun air yang berada pada buah, sayuran, kopi, dan cairan lainnya seharusnya juga dihitung.

Mitos: Kuku jari dan rambut akan tumbuh setelah kematian.

Fakta: Sebagian besar dokter pada awalnya meyakini hal ini. Namun setelah mereka pikirkan lebih jauh, ini tidak mungkin. Yang terjadi adalah sebagai berikut. “Sewaktu kulit tubuh mengering, jaringan lunak, terutama kulit, mengalami pengkerutan’. Demikian kata Vreeman. “ Kuku kelihatan lebih terlihat sewaktu kulit mengering. Hal yang sama juga terjadi dengan rambut, namun tidak terlalu jelas. Ketika kulit menyusut kedalam, rambut terlihat lebih kelihatan di permukaan kulit.”

Mitos: Rambut yang dicukur tumbuh lebih cepat, lebih gelap, dan lebih besar.

Fakta: Pada uji klinis tahun 1928 telah membandingkan pertumbuhan rambut di bagian kulit kepala yang dicukur dan yang tidak dicukur. Rambut yang digantikan oleh rambut yang dicukur ternyata tidak lebih gelap, lebih tebal, atau lebih cepat pertumbuhannya. Kajian yang lebih mutakhir telah mengkonfirmasikan hal ini. Inilah yang terjadi. Ketika rambut mulai tumbuh setelah dicukur, ia tumbuh dengan ujung tumpul, demikian penjelasan Caroll dan Vreeman. Seiring dengan berjalannya waktu, ujung tumpul tersebut menjadi semakin tumpul, sehingga rambut menjadi kelihatan lebih tebal. Rambut yang baru tumbuh bisa kelihatan lebih gelap juga, karena ia belum terkena paparan sinar matahari.

Mitos: Membaca di lampu redup merusak penglihatan

Fakta: Peneliti tidak menemukan bukti bahwa membaca di lampu redup menyebabkan kerusakan mata permanen. Ia dapat menyebabkan tegangan mata dan sementara mengurangi ketajaman penglihatan, yang segera akan pulih.

Mitos: Makan Kalkun membuat mengantuk

Fakta: Bahkan Carroll dan Vreeman meyakini hal ini, sampai mereka melakukan riset. Yang dipelajari, ternyata terdapat zat triptofan di kalkun yang menyebabkan ngantuk. Namun kalkun tidak mengandung zat itu lebih banyak daripada ayam atau sapi. Mitos ini didorong oleh fakta bahwa kalkun sering dimakan secara ‘kolosal’ bersama hidangan lain sewaktu liburan, sering kali dengan minuman keras. Dua hal itu bisa menyebabkan rasa kantuk.

Mitos: Ponsel dilarang digunakan di rumah sakit

Fakta: Tidak ditemukan adanya kasus kematian berhubungan dengan hal ini. Kasus interferensi dengan instrumen rumah sakit biasanya tidak serius, demikian temuan peneliti. Dalam satu kasus, handphone ditemukan telah menginterferensi 4 persen dari instrumen, namun hanya ketika telfon berada dalam jarak 1 meter dari instrumen. Kajian yang lebih baru, tahun ini, menemukan tidak adanya interferensi pada 300 tests di 75 ruang perawatan. “Ketika kami mendiskusikan kajian ini, dokter kelihatan tidak percaya bahwa handphone tidak menggagu instrumen.’ Demikian kata Vreeman. “Namun setelah kami memaparkan bukti medis, mereka akhirnya percaya bahwa kepercayaan seperti itu tidak tepat.”

Hewan apakah yang bisa bertahan hidup paling lama saat ini? Jawabannya adalah kerang quahog dari perairan Islandia yang masih hidup hingga 2007 lalu. Moluska kecil ini jika berulangtahun akan memiliki 400 lilin di atas kuenya. Sebenarnya rata-rata usia klan qualhog ini tidak hidup selama itu.

Biasanya saat bicara tentang hewan apa yang hidup paling lama dan paling sebentar, ilmuwan akan mereferensikan rata-rata usianya. Usia rata-rata paling panjang masih dipegang oleh kura-kura Galapagos dengan usia 150 tahun.

Berikut adalah mahluk hidup yang usianya tergolong panjang:

Kura-kura boks Amerika , 120 tahun

Ikan paus kepala bungkuk , 60-70 tahun (pernah ada yang sampai 200 tahun).

Gajah, 70 tahun

Manusia, 70-80 tahun.

Sedangkan hewan yang berusia pendek adalah:

Lalat rumah dewasa, 4 minggu

Tawon pekerja, 5 minggu

Semut pekerja, 6 bulan

Oposum, 1 tahun

Ratu semut, 3 tahun

Tikus, 2-3 tahun

Gitaris Queen Brian May akhirnya sukses juga merampungkan program doktoralnya pekan ini. Program studi jurusan astrofisika itu sudah tertunda hingga 30 tahun. Tapi lelaki berambut gimbal ini penuh tekad menuntaskan apa yang sudah menjadi “hutangnya” itu. Tesis May bertajuk “Radial Velocities in the Zodiacal Dust Cloud” sudah dimulai sejak tahun 1974 lampau di kampusnya, Imperial College London. Tesis itu terlunta-lunta akibat May keasyikan dengan karirnya sebagai gitaris dan penulis lagu Queen. Tahun-tahun itu memang bintang Queen sedang bersinar terang. Konser mereka sukses dan penjualan albumnya laku keras. Pekan ini, ia resmi menyandang gelar Dr. Brian May.

Menulis Buku

“Saya sangat senang dan tidak bisa mengungkapkan betapa rasanya pikiran saya jadi ringan sekali,” komentar May seperti yang dikutip AP. Ia akan merayakan keberhasilannya itu dengan pesta kecil bersama teman dan kerabat dekat. Wa;au selama 30 tahun ia menelantarkan tesisnya, bukan berarti May tidak peduli dengan perkembangan sains. Ia sempat menulis buku sains anak-anak bersama Sir Patrick Moore dan meraih gelar doktor kehormatan dari Exeter University in southwest England.

Kotoran manusia diolah menjadi energi? Bukan guyonan, sebab memang sudah terjadi sungguhan. Penelitian untuk mengubah kotoran manusia menjadi sumber energi sudah dicanangkan sejak tahun 2000 oleh para peneliti di Thailand[1].

Mereka membangun sebuah reaktor khusus yang mengubah hasil sekresi manusia menjadi bahan bakar berkualitas tinggi. Walaupun proses tersebut masih tergolong sangat mahal, mereka optimis biofuel ini akan mudah diperoleh di masa depan seperti penggunaan bahan bakar minyak saat ini.

Di tahun 2008 ini, optimisme mereka mulai menjadi kenyataan. San Antonio, sebuah kota di Amerika Serikat, untuk pertama kalinya mencanangkan proyek dalam skala kota untuk memanen gas methane dari kotoran manusia dan mengubahnya menjadi bahan bakar yang aman bagi lingkungan.

San Antonio memproduksi sekitar 140.000 ton per tahun substansi yang dikenal lebih halus dengan nama “biosolid”, yang dapat diproses menjadi gas alam, kata Steve Clouse, chief operating officer dari sistem pengairan kota San Antonio. Rencananya, kerjasama dengan Ameresco Inc ini akan mengubah biosolid di San Antonio menjadi sekitar 1,5 juta kaki kubik (sekitar 42.475,2699 meter kubik) setiap harinya. Gas methane, sebagai residual dari kotoran manusia dan sampah organik lainnya, adalah komponen terpenting dari gas alam yang digunakan untuk bahan bakar tungku, pembangkit listrik, dan generator berbasis pembakaran lainnya.

Skala Besar

“Perusahaan-perusahaan swasta akan bergabung dalam fasilitas ini, membuat sistem penjernihan gas, menghilangkan kandungan air, menghilangkan kandungan karbon dioksida, dan kemudian menjual gas tersebut di pasar terbuka”, kata Clouse. Beberapa komunitas telah mencanangkan program yang sama dalam skala kecil, namun San Antonio adalah program pengkonversian gas metan pertama dalam skala besar sebagai bahan bakar pembangkit tenaga listrik.

Bersamaan dengan kerjasama ini, 90 persen dari material yang diperoleh dari rumah tangga di San Antonio akan di daur ulang. Kandungan airnya akan digunakan sebagai irigasi, kandungan solidnya digunakan sebagai pupuk kompos, dan sekarang kandungan gasnya digunakan untuk bahan bakar pembangkit tenaga listrik. Semua kandungan dari sampah organik kini mulai dapat digunakan secara komersil dan diperoleh secara ekonomis.

Selasa, 18 November 2008

KOMPUTER & PENDIDIKAN

APLIKASI NON PENGAJARAN


Ujian berbantuan komputer

Contoh :

- komputer digunakan sebagai penganti kertas ujian

- komputer dimanfaatkan untuk menggali kemampuan melalui tanya jawab secara aktif

Ø CAG (Computer Assisted Guidance)

Pengarahan berbantuan komputer membantu pemakai dalam pengambilan keputusan

Contoh :

- penggunakan INTERNET

Ø CMI (Computer managed Instruction)

Belajar dikelola komputer

Contoh :

- Perencanaan kuliah, belajar, membaca, ujian

- komputer langsung memantau kegiatan dan prestasi siswa

v APLIKASI PENGAJARAN

CAI (Computer Assisted Instruction)

Komputer sebagai dosen / Buku

Tahun 1960, Jenis Aplikasi CAI :

Ø Latih & Praktek (Drill & Practise) : menguji tingkat pengetahuan siswa

Ø Penjelasan (tutorial) : untuk materi ajaran baru, disini siswa dapat berinteraksi dengan komputer

Ø Simulasi : digunakan untuk mengkaji permasalahan yang rumit

Ø Permainan (game) : agar bisa mendapat pengetahuan dengan cara santai.

Beberapa contoh sistem CAI (tahun 80-an) :

v PLATO

Ø Dibuat di University Illinois (1959) & Central Data Corp. (CDC)

Ø Tujuan :

- memotong jalur pendidikan formal dan langsung belajar di rumah berupa latih, praktek, penjelasan dan simulasi

Ø Menggunakan bahasa pemrograman TUTOR untuk : bhs prancis, Jerman, spanyol & Aritmatika dasar serta Fisika u/: SLTA, pelatihan pegawai baru di UNITED AIRLINES

Ø Digunakan untuk komputer mikro : IBM, Apple II plus, ATARI 800 dan Texas instrument TI 99/4A

Ø Rancangan asli PLATO :

- terdiri dari satu komputer besar CDC dihubungkan dengan jalur komunikasi ke terminal-terminal jarak jauh

- Jalur komunikasi : satelit, kawat khusus dan saluran telpon

- terminalnya memiliki kemampuan sentuhan sensitif (touch sensitive) dan keyboard, pembaca optik (optical scanner), unit pencetak

- melayani sampai dengan 32 lokasi berbeda, masing-masing 32 terminal

Ø Kelebihan : dapat memantau perkembangan belajar siswa dan mendorong siswa belajar lebih cepat

v TICCIT (Time-shared interactive Computer Controlled Information Television)

Ø Dikembangkan di perusahaan MITRE (1971), dibiayai oleh National Science Foundation

Ø Ciri Khas :

1. Dirancang agar semua aplikasi perangkat lunak dari berbagai aplikasi dapat diterapkan terpadu.

2. Tidak dirancang untuk latih & praktek tapi lebih ke bentuk penjelasan

3. Memungkinkan pemakai untuk lebih berinisitaif dibandingkan dengan sistem CAI lainnya

Ø Rancangan TICCIT :

- tiap unit terdiri dari televisi berwarna, keyboard khusus (15 tombol), earphone, tempat belajar, buku catatan

- mampu melayani sampai dengan 128 unit belajar

Ø Kawasan materi ajaran meliputi : bhs prancis, inggris, spanyol, linguistik, logika simbolis, latihan petugas penerbangan, ilmu kelautan, keperawatan dan elektronik

Ø Tiga jenis informasi yang digunakan dalam peragaan TICCIT :

- Aturan (Rule) : definisi, pernyataan hubungan antara besaran & prosedur rinci

- Contoh : penggunaan aturan, ilustrasi dari definisi

- Latihan : menguji siswa seberapa jauh pengertian & pengetahuannya.

v METODE PENGAJARAN BARU

Ø METODE LOGO :

- Menggabungkan 3 bidang ilmu : Kecerdasan buatan, psikologi & Ilmu komputer

- Dikembangkan oleh Seymour Papert dan partner

- Tujuan pengembangan:

1. Membuat berbagai model metode belajar

2. Berinteraksi dengan model untuk memperbaiki hasil yang sudah dicapai

3. Mengembangkan cara untuk meningkatkan perasaan ingin belajar

- Metode pengajaran LOGO :

a. dibantu

b. mencari jalan sendiri (kecerdasan buatan)

- Kelebihan : kemampuan bertanya jawab secara lansung

- Fasilitas yang terkenal : grafika kura-kura (turtle graphic) yaitu suatu lambang berbentuk segitiga di layar

Ø SMALLTALK-80

- Menggunakan jaringan komputer (tiap komputer disebut OBJECT)

- Kelebihan : fasilitas grafis berkemampuan tinggi dan siap pakai

- Pemakai tidak perlu mengerti aspek teknis komputer, cukup pengetahuan dasar logika sehingga komputer mengarahkan mereka dengan cara yang mudah dimengerti.

ISYU & MASALAH

1. Apakah benar komputer meningkatkan kemampuan belajar?

2. Apakah komputer akan mendorong manusia untuk mengabaikan lingkup sosialnya?

kerelaan

Tak pernah ku izinkan kerelaanku melepaskanmu


Tak pernah ku izinkan rasa kasihanku tuk membiarkanmu pergi



Kau berkata “ aku akan pergi”


Kau telah mengoyakkan hati dan perasaanku’


Aku teramat membutuhkanmu

kerinduan hati

Dengarkah kau?
Tadi suara hatiku bernyanyi, menyanyikan nyanyian jiwa yang teramat sengsara

Dengarkah engkau?
Kini ia bersedih, menangis dan berduka

Betapa perasaannya teramat halus, hingga daun yang jatuhpun dapat ia dengarkan

Sungguh, suara hatiku terlalu risau kepada pasangan hatinya di seberang
Ia tak henti-hentinya meratapi diri dan menangis ..

apakah cerpen itu??????????
“Cerpen itu bagaikan sebuah perahu layar yang tergesa-gesa menyusuri pantai," tulis novelis terkemuka Meksiko Carlos Fuentes dalam sebuah esainya, The Storyteller (Vintage, 2000).

“Cerpen adalah fiksi pendek yang selesai dibaca dalam ‘sekali duduk’,” kata Jakob Sumardjo (Catatan Kecil Dalam Menulis Cerpen, cet.II, Pustaka Pelajar Yogyakarta, 2001)

“Cerpen adalah singkatan dari Cerita Pendek,” kataku.

Ampuni aku ya Tuhan

ya allah .., tuhan segala penguasa
tuhan segala-gala nya...

ya allah, tuhan yang maha pemaaf...

dosa jiwa, dari pikiran setan
menelantarkan hambamu ini , kemaksiatan , pelanggaran sumpah

ya Allah,

hambamu adalah khalifah yang khilaf


MAUT

Inilah aku,
Ambillah jiwaku, kekalkanlah mimpiku

Aku telah lama menantimu
Wahai maut, ambillah ruhku karena aku tlah lama menantikanmu

Kekalkanlah hayalan-hayalanku
Aku ingin bersama sang pencipta, aku merasa terbeban di dunia ini ,
Wahai maut , aku tlah lama menantikanmu, ambillah hidupku sekarang juga