Selasa, 02 Desember 2008

Hati-hati Makan Shusi dan Shasimi

Makan sushi memang nikmat. Tapi pehobi shusi sempat dihebohkan dengan kasus tuntutan seorang lelaki Chicago ke restoran akibat menghidangkan parasit cacing pita di ikan salmon yang belum matang. Lalu bagaimana dengan ikan dalam sushi atau sashimi yang memang tidak dimasak sama sekali?

Ilmuwan berpendapat bahwa pecinta shusi tak perlu cemas. Namun penghidang shusi sendiri juga harus ekstra hati-hati jika tak mau dituntut.

Standar

Ikan mentah berpotensi mengandung sejumlah bahaya lain selain parasit. Bakteri bisa berkembang di ikan yang sudah tidak segar dan menghasilkan enzim histamin yang bisa menyebabkan keracunan. Sejumlah ikan tawar tropis memiliki kandungan zat racun ciguatera yang memicu gangguan pencernaan dan saraf.

Tapi tenang saja, biasanya restoran sushi memiliki standar tersendiri dalam menyiapkan hidangannya. Setidaknya ikan itu harus segar dan disimpan dalam kondisi beku, minus 20 derajad Celcius tak lebih dari tujuh hari. Atau dalam suhu minus 35 derajad Celcius selama 15 jam. Langkah ini adalah untuk membunuh parasit.
“Makin sushi banyak disuka, makin ketat standarnya,” ujar Keith Schneider, pakar mikrobiologi dan keamanan pangan dari University of Florida.

Nasi dan Fugu

Kasus keracunan atau sakit yang disebahkan naabkan makan sushi justru kebanyakan dipicu kontaminasi bahan lain seperti merica kalapeno atau bsinya. Schneider sendiri pernah sakit setelah makan sushi akibat terkena bacillus cereus. Ini adalah jenis bakteri yang bisa menyebar cepat di dalam nasi. Nasi sushi semestinya diasamkan dalam cuka dengan kandungan PH hingga 4,1 untuk membunuh mikroba di dalamnya.

Ada juga kasus dimana keracunan berasal dari ikan fugu yang memang mengandung racun. Walau demikian, ayam mentah dan daging mentah jauh lebih berbahaya lagi sebab mengandung bakteri E.coli dan salmonela yang mematikan.

0 komentar: