Di tengah krisis ekonomi global seperti sekarang, jangan heran kalau banyak orang stres. Saham terpuruk, keuangan tak menentu, harga barang melambung. Memang harta bukan segalanya, tapi tak bisa dipungkiri banyak kasus stres bahkan bunuh diri dipicu oleh masalah keuangan.
Loren Coleman, penulis “The Copycat Effect,” yang juga banyak menganalisa kasus bunuh diri, mengingatkan bahwa kasus bunuh diri selalu meningkat selama terjadi stres akibat masalah ekonomi dan sosial.
“Sejumlah studi historis yang dilakukan pakar sosiologi Steven Stack dan lainnya juga menemukan bahwa bunuh diri serta kasus kekerasan lain meningkat dalam periode depresi ekonomi dan perang,” jelasnya.
Walau tak selalu mendorong untuk bunuh diri, namun stres juga mengakibatkan hal-hal berbahaya lain.
Stres memicu tekanan darah tinggi dan penyakit jantung. Stres juga membuat orang melakukan perilaku tak sehat seperti merokok dan minum minuman keras. Saat stres kita cenderung mencari makanan yang enak, cenderung berlemak dan berkolesterol tinggi, juga malas berolahraga. Paduan antara makanan berlemak dan kemalasan inilah yang memicu masalah kesehatan.
Kondisi stres berkepanjangan membuat orang tak lagi berpikir rasional. Mereka akan beralih ke kepercayaan mistis seperti astrologi, angka keberuntungan, arti mimpi, dan sejenisnya. Semua ini mendorong mereka melakukan langkah yang tak logis lagi dan membuat gaya hidup kian terperosok.
0 komentar:
Posting Komentar